
A. Ciri-ciri Bahasa Tulis
Jika membicarakan bahasa surat dinas, kita harus menyadari bahwa bahasa dalam surat dinas merupakan bahasa tulis. Ciri-ciri bahasa tulis berbeda dengan ciri-ciri bahasa lisan. Teew (1984:26-38) sudah membicarakan ciri-ciri bahasa tulis. Dan rangkumannya adalah sebagai berikut:
a. Bahasa Lisan
- Dalam bahasa lisan, unsur suprasegmental (aksen, nada, tekanan) dan paralingual (gerak-gerik tangan, mata, kepala) memberikan sumbangan yang hakiki terhadap keberhassilan komunikasi.
- Komunikasinya terjadi secara langsung dan spontan sehingga jika pembicara salah dalam berucap, kesalahannya sudah didengar lawan bicara.
- Kalimat-kalimat yang kurang baik strukturnya tidak begitu menghambat komunikasi sehingga kesannya ada sedikit kelonggaran terhadap aturan-aturan yang ada.
b. Bahasa Tulis
- Dalam bahasa tulis, sarana suprasegmental dan paralingual seperti itu tidak ada, sehingga penulis harus mengungkapkan sesuatu dengan jelas dan berhati-hati dalam menyusun kalimat.
- Komunikasinya terjadi secara tidak langsung sehingga bahasanya dapat lebih tertata dan jika ada kesalahannya, kesalahan itu dapat diperbaiki.
- Kalimat yang strukturnya kurang baik menghambat komunikasi sehingga tidak dapat digunakan dalm aturan-aturan yang ada (kemunculan subjek, predikat, dan objek) harus dipatuhi.
Bahasa lisan
- Unsur-unsur fungsi gramatikal (subjek, predikat, objek) tidak selalu ditanyakan.
- Kejelasan makna dibentuk oleh panjang pendeknya suara dan tinggi rendahnya.
- Bahasanya sangat terikat oleh kondisi, situasi, ruang dan waktu sehingga apa yang dibicarakan dalam ruangan hanya berlaku untuk waktu itu dan hanya simengerti oleh orang yang ada di ruangan itu.
- Unsur-unsur fungsi gramatikal (subjek, predikat, objek) harus dinyatakan.
- Kejelasan makna dibantu oleh penggunaan ejaan yang tepat.
- Bahasanya tidak terikat oleh kondisi, situasi dan waktu sehingga apa yang ditulis dapat dimengerti oleh orang yang tidak ada di ruangan itu dan pada waktu dan tempat yang lain.
Ciri-ciri Bahasa Indonesia Baku.
Berkomunikasi dengan surat dinas bersifat resmi. Agar keresmian itu semakin tampak nyata, bahasanya harus beragam baku atau beragam standar. Ciri-ciri bahasa Indonesia baku sudah dipaparkan oleh Kridalaksana (1975:15-16), yang rangkumannya sebagai berikut;
1. Pemakaian prefiks (awalan) me- dan ber- secara eksplisit (nyata) dan konsisten (ajek). Contohnya sebagai berikut:
Baku | Tidak Baku |
---|---|
1. Irak menyerang Kuwait | 1. Irak nyerang Kuwait |
2. Ia sudah mengirimkan berkas | 2. Ia sudah ngirimkan berkas |
3. Kuliah sudah berjalan dengan baik | 3. Kuliah sudah jalan dengan baik |
2. Pemakaian fungsi gramatikal (subjek, predikat, objek) secara eksplisit (nyata) dan konsisten (ajek). Contohnya tersaji di bawah ini;
Baku | Tidak Baku |
---|---|
1. Tugas itu harap dilaksanakan dengan baik. | 1. Harap dilaksanakan dengan baik. |
2. Ia bertempat tinggal di Jalan Mataram 30, Yogyakarta. | 2. Ia di Jalan Mataram 30, Yogyakarta. |
3. Ayah sedang membaca koran di teras. | 3. Ayah sedang membaca di teras. |
3. Terbatasnya unsur-unsur leksikal dan gramatikal dari dialek-dialek regional dan bahasa-bahasa daerah yang belum dianggap sebagai unsur bahasa Indonesia. Contohnya sebagai berikut;
Baku | Tidak Baku |
---|---|
1. Kami akan menghadap Bapak pada hari Sabtu, pukul 11.00. | 1. Kami akan sowan Bapak pada hari Sabtu, pukul 11.00 |
2. Atas perhatian Bapak, saya ucapkan terima kasih. | 2. Atas perhatian Bapak, saya haturkan terima kasih. |
3. Saya belum diperintah pergi. | 3. Saya belum didawuhi pergi. |
4. Pemakaian konjungsi bahwa dan karena (jika ada) secara nyata dan ajek. Contohnya tersaji di bawah ini.
Baku | Tidak Baku |
---|---|
1. Ia mengetahui bahwa tersangka penganiaya Udin sudah dilepaskan. | 1. Ia mengetahui tersangka penganiaya Udin sudah dilepaskan. |
2. Diketahui bahwa Soerjadi gagal melakukan konsolidasi. | 2. Diketahui Soerjadi gagal melakukan konsolidasi. |
3. Anak itu dilepaskan karena ia tidak bersalah. | 3. Anak itu dilepaskan, ia tidak bersalah. |
5. Pemakaian frase verbal aspek+ageng+verba (jika ada) secara ajek. Contohnya tersaji di bawah ini.
Baku | Tidak Baku |
---|---|
1. Surat Anda sudah saya baca. | 1. Surat Anda saya sudah baca. |
2. Berkas Anda telah saya kirim. | 2. Berkas Anda saya telah kirim. |
3. Bukumu sudah saya kembalikan. | 3. Bukumu saya sudah kembalikan. |
6. Pemakaian konstruksi sintesis secara benar. Yang dimaksud konstruksi sintesis adalah konstruksi yang terbentuk dengan menggabungkan unsur-unsur tertentu. Contohnya sebagai berikut.
Baku | Tidak Baku |
---|---|
1. harganya | 1. dia punya harga |
2. mereka | 2. dia orang |
3. memberitahukan | 3. kasih tahu |
7. Pemakaian partikel kah dan pun (jika ada) secara konsisten. Contohnya tersaji di bawah ini.
Baku | Tidak Baku |
---|---|
1. Bagaimanakah cara memakai alat ini? | 1. Bagaimana cara memakai alat ini? |
2. Ia pun kembali ke desanya. | 2. Ia kembali ke desanya. |
3. Siapakah nama gadis itu? | 3. Siapa nama gadis itu? |
8. Pemakaian unsur-unsur leksikal berikut berbeda dari unsur-unsur yang menandai bahasa Indonesia nonbaku. Contohnya sebagai berikut.
Baku | Tidak Baku |
---|---|
1. silakan | 1. silahkan |
2. harap | 2. coba |
3. pada malam minggu | 3. di malam minggu |
4. dengan | 4. sama |
5. tetapi | 5. tapi |
6. anda, saudara | 6. situ |
7.___ | 7. deh |
8. mengatakan | 8. bilang |