Hamzah Fansuri Pemutus Karya Sastra Anonim Nusantara

4 min read

Hamzah Fansuri Pemutus Karya Sastra Anonim Nusantara


Salah satu ciri karya sastra usang yaitu anonim. Tidak terang siapa penulisnya alasannya memang pengarangnya tidak mencantumkan namanya dalam karnyanya. Berbeda dengan karya sastra gres yang terang sekali menampilkan penulisnya. Dimulai dari angkatan 20-an yang memunculkan nama-nama pengarang Balai Pustaka, sampai kini setiap karya sastra yang diterbitkan selalu dengan identitas penulisnya.

Hamzah Fansuri berada di tengah-tengah. Antara sastra usang dan sastra gres Indonesia, jikalau dilihat dari anonimitas pengarangnya. Memang, Hamzah Fansuri menulis karya berbentuk Syair. Sebuah bentuk sastra usang yang menerima dampak besar lengan berkuasa dari para sastrawan Parsi.


Bentuk syair yang terikat, juga merupakan bentuk yang dipengaruhi oleh bentuk sastra dari Parsi.

Jika pengarang-pengarang sebelum Hamzah Fansuri menulis karya tanpa mencantumkan namanya sama sekali, Penyair yang juga guru tarekat qadiriyah ini memunculkan namanya dalam bait-bait syairnya.

Hal ini merupakan sebuah kemajuan dibanding dengan karya-karya sebelumnya. Para pengarang sebelumnya hanya disebut shohib al hikayat alias sohibul hikayat yang artinya ‘pemilik cerita’ tanpa pernah diketahui nama dirinya. Berbeda dengan Hamzah Fansuri  yang dipanggil Syekh oleh Abdul Hadi WM dalam bukunya ‘Kembali ke Akar Kembali ke Sumber’ memunculkan nama dirinya dalam karya-karya syairnya.

Berikut ini yaitu beberapa bait syair karya Hamzah Fansuri yang secara tersurat memunculkan namanya:

Hamzah Fansur terlalu tenggelam
Ke dalam bahari yang maha dalam
Berhenti angin ombaknya padam
Menjadikan sultan pada kedua alam

Nama Hamzah Fansuri juga terdapat pada bait syair karyanya berikut ini:

Hamzah Fansuri di dalam Makkah
Mencari Tuhan di Bayt al Ka’bah
Di Barus ke Kudus terlalu payah
Akhirnya sanggup di dalam rumah

Hamzah Fansuri juga memakai takhallusnya dalam bait syair berikut:

Unggas pingai bukannya balam
Da’im berbunyi siang dan malam
Katakan olehmu hai ahl al-‘alam
Hamzah Fansuri sudahlah karam

Nama penyair pembaharu ini yaitu Hamzah saja, sementara Fansuri yaitu nama takhallus yang diambil dari nama kawasan atau nama asal. Nama yang disertai nama kawasan ini jga dipakai oleh para mursyid tarekat menyerupai Abdul Qodir Aljailani, jailan adalah nama tempat. Hamzah Fansuri yang juga merupakan Guru Tarekat (dalam bahasa lain disebut Sufi) yaitu orang yang mendalami ilmu tasawuf, memakai nama yang sama.

Fansur yaitu nama kawasan yang juga dikenal dengan nama Barus, sebuah wilayah di pesisir barat Pulau Sumatera. Dalam literasi absurd (catatan pelaut Portugis) nama Barus alias Fansur juga ditulis Pantchor.

Dalam bait syair berikut ini lebih terang pernyataan nama Hamzah Fansuri dalam goresan pena berikut ini:

Hamzah nin asalnya Fansuri
Mendapat wujud di tanah Shahr Nawi
Beroleh khilafat ilmu yang ‘ali
Daripada Syekh Abdul Qodir Jilani

Selain memakai nama fansuri dalam beberapa bait karyanya, Hamzah Fansuri juga memperkenalkan diri sebagai Hamzah Shahr Nawi.

Hamzah Shahr Nawi zahirnya Jawi
Batinnya cahaya Ahmad yang safi
Sungguhpun ia terhina jati
‘Asyiqnya da’im akan Dzat al-Bari

Nama Shahr Nawi adalah nama raja penguasa kawasan yang tidak jauh dari Fansur alias Barus.

Penggunaan nama yang memperjelas kawasan asal Hamzah Fansuri yaitu tanah Melayu. Hal ini tampak pada karyanya berikut ini:

Hamzah Fansuri di negeri Melayu
Tempatnya kapur di dalam kayu
Asalnya manikam tiada ‘kan layu
Dengan ilmu dimanakan payu

Penulisan nama penyair di dalam karya sastra menunjukkan sebuah perubahan yang frontal di zamannya, diyakini Hamzah Fansuri hidup sekitar era 16. Pada masa itu, tidak ada pengarang yang memunculkan namanya dalam karyanya. Hal yang dilakukan oleh Hamzah Fansuri ini menunjukkan sebuah ‘keakuan’ yang sanggup dipertanggungjawabkan.

Karena tidak disebarkan dalam bentuk tulis, maka penyertaan nama penyair di dalam karya yaitu sesuatu yang sanggup dilakukan. Berbeda dengan karya sastra dan syair modern yang mencantumkan nama penulis di bawah karyanya.

Ada pun karya Hamzah Fansuri yang paling populer yaitu syair yang berjudul Syair Perahu. Syair ini mempunyai makna yang sangat luas dan dalam. Berikut ini klarifikasi makna Syair Perahu Karya Hamzah Fansuri

Meskipun dalam beberapa hal, nama penulis sengaja dikaburkan bahkan dihapus alasannya kondisi politik.

Anda mungkin menyukai postingan ini